1.
KEBUDAYAAN
MELAYU JAMBI
Jauh
sebelum abad masehi etnis melayu setelah mengembangkan suatu corak kebudayaan
melayu pra sejarah di wilayah pengunungan dan dataran tinggi. Masyarakat pendukung
kebudayaan melayu pra sejarah adalah suku Kerinci dan suku Batin. Orang kerinci
di perkirakan telah menepati caldera danau kerinci sekitar tahun 10.000 SM
sampai tahun 2000 SM. Suku Kerinci dan termasuk juga suku Batin adalah suku
tertua di Sumatera. Mereka telah mengembangkan kebudayaan batu seperti
kebudayaan Neolitikum.
Kehadiran
agama buda sekitar abad 4 M telah mendorong lahir dan berkembangnya suatu corak
kebudayaan buddhis. Kebudayaan ini di identifikasikan sebagai corak kebudayaan
melayu kuno. Masyarakat pendukung kebudayaan melayu buddis yang masih ada di
Jambi adalah suku anak dalam (kubu). Namun peningalan momental kebudayaan
melayu Buddishis adalah bangunan candi-candi yang tersebar dikawasan daerah
aliran sungai (DAS) batanghari, salah satu di antaranya ialah situs candi muara
Jambi. Pada masa kebudayaan buddhis sedang mengalami kemunduran sekitar abad
11-14 M, maka bersamaan waktunya di daerah jambi mulai berkembang suatu
corak kebudayaan islam. Kehadiran Islam diperkirakan pada abad 7 M dan sekitar
abad 11M Islam mulai menyebar ke seluruh lapisan masyarakat pedalaman
Jambi. Dalam penyebaran Islam ini maka pulau berhala dipandang sebagai pulau
yang sangat penting dalam sejarah Islam di Jambi. Karena sejarah mencatat bahwa
dari pulau berhala itulah agama Islam disebarkan keseluruh pelosok daerah
Jambi. Kehadiran Islam ini membawa perubahan mendasar bagi kehidupan social/
masyarakat melayu Jambi. Agama Islam pelan-pelan tapi pasti, mulai mengeser
kebudayaan melayu buddhis sampai berkembangnya corak kebudayaan melayu Islam.
Kebudayaan
daerah tidak lain adalah kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah
masyarakat local sebagai pendukungnya. Sedangkan yang dimaksud dengan
kebudayaan melayu jambi adalah kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah
etnis melayu Jambi.
2.
MATA
PENCAHARIAN
Mata
pencaharian masyarakat Jambi adalah bertani, berjualan, panen getah dan
melaut Di Jambi sendiri kebanyakan daerahnya adalah berupa hutan. Sehingga mata
pencaharian mereka didominasi oleh para petani biasanya pula mereka yang
bertani berasal dari pedesaan. Dalam hal bertani, sama seperti kota-kota
lainnya yang terletak di daratan rendah, adalah bertanam padi pada lahan
kosong. Sedangkan dalam hal melaut, mencari ikan di sungai merupakan mata
pencaharian tambahan, begitu juga mencari dalam hal mencari hasil hutan.
Usaha-usaha
tambahan ini biasanya dilakukan sambil menunggu panen atau menunggu musim tanam
berikutnya. Karena di Jambi sendiri juga dihuni oleh masyarakat keturunan TiongHua,
maka di zaman sekarang ini banyak pula warga masyarakat kaeturunan Cina di
Jambi yang mencari pendapatan melalui proses berdagang. Ada yang berdagang mas,
berdagang sembako dan adapula yang berdagang bahan-bahan material.**
Orang jambi tradisional menamai
tempat mereka bertani diantaranya adalah:
a.
Sawah
Terdapat tiga model sawah yaitu:
1.
Sawah payau
Adalah sawah yang dibuat di atas
sebidang tanah yang secara alamiah telah mendapat air dari suatu sumber air,
atau tanahnya sendiri telah mengandung air
2.
Sawah tadah hujan
Adalah sebidang tanah kering yang
diolah dengan mengunakan cangkul atau bajak yang diberi galangan atau pematang
sedangkan pengairannya sangat tergantung pada hujan
3.
Sawah irigasi
Adalah sejenis tanah yang digarap
dengan sistem irigasi, tanah ini diolah dengan cara memakai sumber air dari
mata air atau sungai.
b.
Ladang
Ada dua macam ladang yaitu:
1.
Umo renah
Adalah ladang yang cukup luas yang
terbentang pada sebidang tanah yang subur dan rata. Tanah tersebut terdapat di
pingir-pingir sungai dan dilereng-lereng bukit yang mendatar.
2. Umo talang
Adalah ladang yang dibuat orang di
dalam hutan belukar yang letaknya jauh dari pedesaan, dan biasanya pada umo
talang orang akan membuat pondok yang biasa digunakan untuk menungu panen tiba.
Ternyata
dalam mereka melakukan hal dalam mata pencaharian ada memiliki adat istiadat
yang digunakan, contoh dalam anak undang nan dua belas terdapat ayat yang
menyatakan seperti ini, “umo berkandang siang, ternak berkandang malam”. Yang
memiliki arti adalah para petani harus menjaga sawah atau tanamannya pada siang
hari, bagi yang punya kerbau mengurung pada malam hari. Dan apabila tanaman
padi petani dimakan atau dirusak pada sinag hari maka pemilik ternak tidak dapat
diminta ganti rugi, namun bila tanamannya dirusak pada malam hari maka pemilik
ternak dapat dimintai ganti rugi.*** dalam mengolah tanah orang jambi juga
mengunakan cara yang tradisional seperti pengunaan kincir air sebagai sistem
perairan, cangkul, sabit, parang serta bajak kerbau.
Sedangkan
penduduk daerah jambi terutama yang bermukim di sepanjang bantalan sungai batanghari
dan anak sungainya agaknya memahami benar bahwa air itu adalah sumber
kehidupan. Sehinga umumnya penduduk ini bermata pencaharian sebagai nelayan
oleh karena itu dikenal perkampungan nelayan adalah perkampungan yang berada di
pingir pantai dan di pingir sungai batanghari. Oleh karena itu, hampir setiap
rumah penduduk di daerah ini memiliki alat penangkapan ikan tradisional yang
dikenal dengan: tanguk, sauk, jalo, mentaben, guntang, geruguh, lukah, serkap,
jelujur, onak, saruo, tamban, rawai, tiruk, lulung, pukat hanyut, lenggian,
sangkar ikan. Yang pada umumnya di buat sendiri dengan mengunakan bahan-bahan
yang tersedia dengan cara dan bentuk yang tradisional.
3. KERAJINAN
Provinsi
Jambi sangat kaya akan kerajinan daerah, salah satu bentuk kerajinan daerahnya
adalah:
a. Anyaman
anyaman
yang berkembang dalam bentuk aneka ragam. Kerajinan anyaman di buat dari daun
pandan, daun rasau, rumput laut, batang rumput resam, rotan, daun kelapa, daun
nipah, dan daun rumbia. Hasil anyaman ini bermacam–macam, mulai dari bakul,
sumpit, ambung, katang–katang, tikar, kajang, atap, ketupat, tudung saji,
tudung kepala dan alat penangkap ikan yang disebut Sempirai, Pangilo, lukah dan
sebagainya.
b. Tenun dan batik motif flora
Tenun
dntenun yang sangat terkenal, yaitu tenunan dan batik motif flora. Batik biasa
kita tau kebanyakan berasal dari pulau Jawa. Namun sesungguhnya seni batik itu
tak hanya berada di pulau Jawa saja, beberapa daerah di Sumatera pun juga
memiliki seni batik tersendiri. Ini terbukti banyaknya hasil batik yang di
hasilkan dari Jambi, baik buatan pabrik maupun produksi rumah tangga. Produk
batik dapat berkembang hingga sampai pada suatu tingkatan yang membanggakan
baik desain maupun prosesnya. Begitu pula dengan batik yang ada tumbuh dan
berkembang di daerah Jambi.
Pada
zaman dahulu batik Jambi hanya dipakai sebagai pakaian adat bagi kaum
bangsawan/raja Melayu Jambi. Hal ini berawal pada tahun 1875, Haji Muhibat
beserta keluarga datang dari Jawa Tengah untuk menetap di Jambi dan
memperkenalkan pengolahan batik. Motif batik yang diterapkan pada waktu itu
berupa motif – motif ragam hias seperti terlihat pada ukiran rumah adat Jambi
dan pada pakaian pengantin, motif ini masih dalam jumlah yang terbatas.
Penggunaan motif batik Jambi, pada dasarnya sejak dahulu tidak dikaitkan dengan
pembagian kasta menurut adat, namun sebagai produk yang masih eksklusif
pemakaiannya dan masih terbatas di lingkungan istana.
Dengan
berkembangnya waktu, motif yang dipakai oleh para raja dan keluarganya saat ini
tidak dilarang digunakan oleh rakyat biasa. Keadaan ini menambah pesatnya
permintaan akan kain batik sehingga berkembanglah industri kecil rumah tangga
yang mengelola batik secara sederhana.
Perkembangan
batik sempat terputus beberapa tahun, dan pertengahan tahun 70-an ditemukan
beberapa lembar batik kuno yang dimiliki oleh salah seorang pengusaha wanita
“Ibu Ratu Mas Hadijah” dan dari sanalah batik Jambi mulai digalakkan kembali
pengembangannya. Salah seorang ibu yang turut juga membantu perkembangan
pembatikan di Jambi adalah Ibu Zainab dan Ibu Asmah yang mempunyai keterampilan
membatik di Seberang Kota.
Pada
mulanya pewarnaan batik Jambi masih menggunakan bahan-bahan alami dari
tumbuh-tumbuhan yang terdapat di dalam hutan daerah Jambi, seperti :
- Kayu Sepang menghasilkan warna kuning kemerahan.
- Kayu Ramelang menghasilkan warna merah kecokelatan.
- Kayu Lambato menghasilkan warna kuning.
- Kayu Nilo menghasilkan warna biru.
Warna-warna
tersebut merupakan warna tradisional batik Jambi, yang mempunyai daya pesona
khas yang berbeda dari pewarna kimia.****
c. Ukir kayu betung
Merupakan
kerajinan ukir kayu yang terdapat di Desa Betung. Kabupaten Batanghari. Para
pengrajin memanfaatkan produk kayu hutan yang banyak terdapat di Jambi. Jenis
kayu yang banyak dipakai sebagai bahan baku adalah rengas, meranti dan
jelutung. Sebagian besar produknya untuk perabot rumah tangga seperti meja,
kursi dan tempat tidur.
4. KESENIAN
mengenai seni dapat di bagi kedalam:
mengenai seni dapat di bagi kedalam:
a. seni
tari
Seni
tari daerah Jambi cukup banyak ragam serta coraknya, dimana pada tiap-tiap
daerah mempunyai ciri sesuai dengan keadaan daerah serta suku dalam kelompok
masyarakat adat yang bersangkutan. Dari sekian banyak corak dan ragamnya seni
tari daerah Jambi, namun sudah banyak pula yang hampir tidak dikenal bahkan
dilupakan oleh lingkungan masyarakat yang bersangkutan. Beberapa seni tari yang
dikenal di Provinsi Jambi, yaitu:
a) Kota Jambi
· Tari Sekapur Sirih
Tari
ini diciptakan oleh Firdaus Chatab pada tahun 1962, kemudian ditata ulang oleh
OK Hendri BBA pada tahun 1967. tari ini digunakan untuk menyambut tamu yang
dihormati sebagai ungkapan rasa putih hati dalam menyambut tamu, dan ditarikan
oleh penari remaja putri
-
Tari Dana Sarah
Tari
ini berasal dari pelayangan, yang sudah dimodifikasi yang berasal dari Seberang
Kota Jambi. Penciptanya tidak dikenal dan ditata ulang oleh Abdul Aziz pada
tahun 1984. Tari ini digunkan sebagai sarana dalam penyebaran agama islam, yang
ditarikan oleh penari putra dan putri.
Tari
ni penciptanya tidak diketahui, namun telah ditata ulang oleh Aini Rozak pada
tahun 1990. tarian ini menggambarkan tentang perasaan searah setujuan,
kebersamaan di dalam segala sesuatunya, dan ditarikan hanya oleh penari putri.
b)
Kabupaten Batang Hari dan Kabupaten Muaro Jambi
· Tari Piring Jambi
Tari
ini berasal dari Muara Tembesi yang diciptakan oleh Abdul Manan, kemudian
ditata ulang oleh OK Hendri pada tahun 1970. Tarian ini menggambarkan
kelincahan muda mudi dalam memainkan piring dan ditarikan oleh penari putra dan
putri.
· Tari Baselang
Pencipta
tarian ini tidak dikenal, kemudian ditata ulang oleh Darwan Asri Tahun 1977.
Tarian ini menceritakan tentang semangat kegotongroyongan masyarakat desa dan
ditarikan oleh penari putra dan putri.
c) Kabupaten
Tanjung Jabung Barat & Kabupaten Tanjung Jabung Timur
· Tari Inai
Penciptanya
tidak dikenal, kemudian ditata ulang oleh M.Arsyad dan Zainuddin pada tahun
1992. tarian ini untuk menghibur mempelai wanita yang sedang memasang inai
dimalam hari, sebelum duduk dipelaminan, dan tarian ini ditarikan oleh remaja
putra dan putri.
· Tari Sumbun
Pencipta
tarian ini tidak dkenal, kemudian ditata ulang pada tahun 1989 oleh Rukiah Effendi.
Tarian ini menggambarkan para nelayan yang sedang mencari sumbun ditepian
pantai dengan lincahnya, ia memasukkan obat dalam sumbun. Tarian ini ditarikan
hanya oleh penari putri.
· Tari Japin Rantau
Tari
ini diciptakan oleh Darwan Asri dan ditata ulang tahun 1986 oleh Darwan Asri.
Tarian ini menggambarkan prikehidupan masyarakat dipesisir pantai, dan
ditarikan oleh remaja putri.
d)
Kabupaten Bungo & Kabupaten Tebo
· Tari Putri Teluk Kembang
Pencipta
tarian ini tidak dikenal, dan tarian ini menggambatkan tentang keakraban
kehidupan masyarakat , dan ditarikan oleh penari putri.
· Tari Cucu Ungko
Pencipta
tarian ini tidak dikenal, dan tarian ini menggambarkan tentang usaha masyarakat
dalam menangkap binatang yang digemarinya. Tarian ini ditarikan oleh penari
putra dan putri.
· Tari Tauh
Pencipta
tari ini tidak dikenal, tarian ini menggambarkan tentang kegembiraan muda mudi,
dan ditarikan oleh penari putra dan putri.
e)
Kabupaten Sarolangun & Kabupaten Bangko
· Tari Kisan
Penciptanya
tidak dikenal dan ditata ulang oleh Daswar Edi pada tahun 1980 dan Darwan Asri
tahun 1983. tarian ini menggambarkan kegiatan masyarakat dalam mengolah padi
menjadi beras, dan tarian ini dibawakan oleh penari remaja putri.
· Tari Kromong
Pencipta
tarian ini tidak dikenal, dan tarian ini menceritakan bagaimana wanita berhias,
dan dibawakan oleh penari putri
· Tari Mengatur Berentak
Pencipta
tarian ini tidak dikenal, dan kemudian ditata ulang oleh Zakaria pada tahun
1970. Tarian ini menggambarkan kegotongroyongan dalam menggarap sawah dan
dibawakan oleh penari putri.
f)
Kabupaten Kerinci
· Tari Mandi Taman
Penciptanya
tidak dikenal dan ditata ulang oelh Baharudin BY pada tahun 1979. Tarian ini
menggambarkan rasa syukur ketika membawa anak turun mandi, yang dibawakan oleh
penari putri.
· Tari Rangguk
Penciptanya
tidak dikenal, ditata ulang oleh Iskandar Zakaria tahun 1977. Tarian ini biasa
ditarikan untuk menyambut tamu yang datang berkunjung, dan dibawakan oleh
penari putri.
· Tari Rangguk Ayak
Pencipta
tari ini tidak dikenal dan kemudian ditata ulang oleh Don Alwizar. Tari ini
menggambarkan kegembiraan sehabis panen dan ditarikan oleh penari putri)
· tari rentak kudo
tari
ini sangat populer di masyarakat Kerinci. Tari Rentak Kudo adalah tarian
kesenian khas budaya asli masyarakat Kerinci yang
berasal dari daerah Hamparan Rawang Kabupaten Kerinci, Jambi yang banyak
diminati kalangan masyarakat di Kabupaten Kerinci.
Tarian ini dikenal sebagai "Rentak
Kudo" karena gerakannya yang menghentak-hentak seperti kuda. Tarian ini ditarikan
di dalam perayaan yang dianggap sangat Latar belakang
Tarian ini ditarikan di dalam
perayaan yang dianggap sangat sakral oleh masyarakat Kerinci. Tingginya
penghormatan terhadap perayaan seni dan budaya Kerinci ini pada zaman dahulu
sangat kuat sehingga dipercaya bahwa dalam setiap pementasan seni budaya ini
getaran dan hentakan tari Rantak Kudo bisa terasa hingga jarak yang sangat jauh
dari lokasi pementasan. Tarian ini dipersembahkan untuk merayakan hasil panen
pertanian di daerah Kerinci yang secara umum adalah beras (padi) dan
dilangsungkan berhari-hari tanpa henti. Kadang bila dilanda musim kemarau yang
panjang, masyarakat Kerinci juga akan mementaskan kesenian ini untuk berdoa
kepada Yang Maha Kuasa (menurut kepercayaan mereka masing-masing). Tujuan dari
pementasan tari ini umumnya adalah untuk melestarikan pertanian dan kemakmuran
masyarakat, untuk menunjukkan rasa syukur masyarakat Kerinci baik dalam musim
subur maupun dalam musim kemarau untuk memohon berkah hujan sakral oleh
masyarakat Kerinci. Tingginya penghormatan terhadap perayaan seni dan budaya
Kerinci ini pada zaman dahulu sangat kuat sehingga dipercaya bahwa dalam setiap
pementasan seni budaya ini getaran dan hentakan tari Rantak Kudo bisa terasa
hingga jarak yang sangat jauh dari lokasi pementasan.
Namun pada saat sekarang tari rantak kudo sudah umum dipakai, bahkan acara/ resepsi pernikahan pun tari rantak kudo ini sering digunakan di kalangan masyarakat untuk suatu hiburan di suatu pernikahan.
b.
seni musik dan teater
1)
kelintang kayu
merupakan
alat musik pukul khas Provinsi Jambi yang terbuat dari kayu. Dalam memainkannya
beriringan dengan alat musik talempong, gendang dan akordion. Pada zaman
jayanya alat musik ini dimainkan untuk kalangan bangsawan. Dalam pertunjukannya
didendangkan syair lagu-lagu betuah dan tarian khas Jambi.
2) Hadrah
Merupakan
jenis kesenian jambi yang bernuansa islami, kesenian ini mengunakan terbang
atau rebana sebagai alat musiknya. Alat-alat tersebut ditabuh dan disertai
nyanyian dalam bahasa Arab, hadrah sering digunakan untuk mengiringi pengantin
pria, menyambut tamu dan acara-acara agama islam.
3) Dul muluk
Merupakan
seni teater yang berkembang di kota Jambi dan Batanghari. Kesenian ini sudah
jarang ditampilkan. Sumber cerita berasal dari sahibul hikayat, satu kekhasan
dari pertunjukan ini adalah pada bagian tengah pangung ditempatkan satu meja.
Para
pelakon beradegan setelah pelakon berdialog atau bernyanyi, mereka memukul meja
dengan mengunakan sebatang tongkat seiring irama musik. Pada bagian tertentu
ada tarian yang mengikutsertakan penonton sehinga membuat suasana semakin
meriah.
4) Krinok
Adalah
pepatah petitih yang isinya berupa pantun nasehat,agama, kasih sayang kepahlawanan
dan lain-lain. Dibawakan oleh seseorang dengan cara bersenandung, sedangkan
musiknya pada awalnya hanya mengunakan vocal yang dilakukan oleh si pengkrinok
(orang yang bersenandung). Oleh masyarakat petani ladang/petani sawah yang
umumnya berdomisili di daerah dataran rendah,kesenian rakyat (musik krinok) ini
biasanya dilakukan setelah mereka usai menjalankan aktivitas pertaniannya.
Dimaksudkan untuk mengatasi kejenuhan, pelepas lelah atau sebagai pelipur lara.
Disamping itu sering juga dilaksanakan pada saat menunggu hasil panen, sambil
menjaga tanaman mereka dari serangan burung, tikus, babi, dan lain-lain. Bila
sudah tiba saatnya panen biasanya pada malam harinya mereka mengadakan
pertemuan di suatu tempat yang telah ditentukan untuk melangsungkan acara
krinok-an. Acara ini akan dihadiri oleh ibu-ibu dengan membawa anak gadisnya,
juga dihadiri oleh sejumlah anak-anak bujang, selama acara berlangsung,
bujang/gadis saling melempar pantun. Pantun-pantun tersebut diungkapkan secara
bersenandung yang disebut krinok. Tradisi semacam ini sampai sekarang masih
dilakukan oleh masyakat setempat, seperti yang penuh diamati di Dusun Rantau
Pandan yang jaraknya lebih kurang 40 km dari pusat kota Muoro Bungo.
c. Seni Sastra
Salah
satu seni sastra yang berkembang di Jambi yaitu sastra Lisan Kerinci. Seni ini
berkembang dalam budaya masyarakat kerinci. Bentuk-bentuknya antara lain puisi,
pantun, prosa, prossa liris dan kunaung-kunaung adalah merupakan perpaduan
cerita lagu dan ekspresi penceritanya. Pada umumnya cerita berisi nasihat,
pendidikan moral, petuah, kisah-kisah rakyat dan pelipur lara.
0 komentar:
Posting Komentar